Rabu, 01 Juni 2011

rumahku jadi gedungmu

Rumahku Jadi Gedungmu

Ibu selalu membangunkan aku jam 04.00 untuk segera bergegas mengantarkan barang jualan kepasar karena jika kesiangan sedikit saja pelanggan pasti sudah pindah ketoko lain. Aku ridho seorang anak dari bapak kuli bangunan dan ibu tukang satur dipasar. Namun itu dak membuatku jadi lemah. Kami tinggal dikota besar namun tempatnya kumuh, jalan tikus menjadi halaman kami. Permukiman padat yang bila ada satu rumah terbakar pasti akan cepat merambat.

“Ridho” ibu memanggilku dari balik hordeng kamar. Aki segera datang menghampiri . abu memberiku tiga lembar uang 1000 dan sati logam uang 500. “Ini uang jajan sekolahmu”kata ibu. Aku seorang siswa kelas 2 STM disalah satu sekolah negeri dijakarta. Aku masuk pukul 07.00 kecuali sabtu dan minggu. Pulang sekolah jam 03.00 dan langsung kepasar untuk membantu ibu. Itu yang aku lakukan setiap hari.

Hari ini hari kamis biasanya setiap hari kamis aku pulang lebih awal. Akupun pulang dengan hati yang sedikit tak tenang. Terbayang wajah ibuku tadi pagi yang tidak seperti biasanya. Sasampai kios ibuku dipasar, aku tidak melihat ibuku melainkan hanya dagangannya yang terbengkalai dikerubuti lalat. Kulihat orang beramai-beramai menuju kepermukimanku. Dan apa yang kulihat ibu sedang menangis melihat rumah kami dihancurkan oleh mobil besar kuning bertangan. Aku baru sadar kalau rumah kami digusur untuk pembangunan taman hijau. Aku menghampiri ibuku dan mengais barang yang masih bisa terpakai, kami ikhlas dan terpaksa mencari tempat baru.

Setelah dua minggu kami pindah. Aku tidak sengaja melewati tempat tinggal kami dulu. Aku tidak percaya ada tulisan terpampang dipapan bahwa tempat ini akan dibuat apartemen. Aku merasa sedih. Kami memang orang susah tapi apa pantas pemerintah melakukan kami seperti ni?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar