Suara Menyebalkan di Gunung Gede
Lagi lagi suara itu terdengar setiap pagi ku bangun. Suara yang menyebalkan tapi bila suara itu tak ada dunia terasa hampa. Hari ini hari senin seperti biasa aku bangun pukul 04.30 itu juga aku harus dibangunkan. Aku mandi solat subuh lalu berangkat sekolah.
“ tetttt…. Tetttt…” bel pulang sekolah berbunyi teman-temanku berlari menuju pintu keluar seakan-akan ingin sekali pulang kerumah seperti kekasihnya sedang menunggu dirumah dan ingin cepat bertemu. Sedangkan aku berjaln santai dengan muka lesu dan malas pulang kerumah. Setiap aku sedang merasa kesal aku selalu naik ke sebuah tower air yang berada di lingkungan sekolah ku. Menurut ku itu tempat teraman yang pernah ku punya. Seperti biasa setiap magrib aku baru sampai rumah.
Sesampainya dirumah suara menyebalkan itu terdengar lagi membuatku jengkel. Aku ingin sekali menjawab semua tuduhan suara menyebalkan itu tapi aku tak pernah berani aku hanya diam dengan muka asem yang kalau dicampur ikan asin+ tempe goring dan nasi putih yang enaknya gak kalah deh sama makanan yang ada di MC. Donald. “ loh kok jadi ngomongin makanan?
Suara menyebalkan itu tak habis-habisnya mengkritik ku. Begini salah begitu salah, mau nya opo toh mas bro? kok jadi orang jawa. Apa mungkin aku nya yang memang tak bisa diatur, diandalkan tapi biar sajalah ! inilah aku buat apa aku jadi orang lain aku yang semau ku, ceroboh, grasak-grusuk . masa bodo aku nyaman dengan semua itu. Tapi kenapa suara menyebalkan itu selalu mengusikku dan menyuruhku berubah.
Suatu hari aku pergi hiking dalam rangka mengikuti kegiatan dari ekstrakulikuler yang ku ikuti. Dan sudah pasti suara menyebalkan itu berkicau lagi dia menyurh ku membawa “ini, itu ,anu, inu apa lah”. Tapi tetap saja aku tak memperdulikannya. Persiapan yang ku bawa kesana hanya baju yang ku pakai , kaos tangan panjang, dan jacket . makanan yang kubawa semuanya bahan mentah aku tidak membawa cemilan apapun. Rabu sore aku berangkat dari Jakarta menuju daerah puncak bogor tepatnya dibawah kaki gunung gede. Aku dan rombongan yang berjumalh 10 oarng berangkat menggunakan bus kota kami sampai ditujuan malam hari sekitar pukul 10 malam. Ke esokkannya kami mulai pendakian melewati jalur putri. dalam hati aku berkata “ kangen juga tidak mendengar suara menyebalkan itu padahal baru satu hari ku tak mendengarnya “.
Diperjalanan menuju puncak sanagt berat kami harus melewati beberapa tanjakan sehingga menguras banyak tenaga ku membuatku menjadi lapar. Tapi bodohnya aku tidak membuat camilan yang dipesankan suara menyebalkan itu. Ternyata apa yang dikatakan suara menyebalkan itu ada benarnya juga. Beberapa saat kemudian cuaca di sana berubah mendung sehingga huja turun dan membasahi pakaian ku aku kedinginan sangat dingin. Terlintas dibenakku suara menyebalkan itu aku menyesal karna tidak pernah mendengarkannya.
Lebih banyak lagi hal yang ku alami dan membuatku menyesal. Hari-hari ku digunung sangat melelahkan kedinginan, kelaparan, penyesalan ternyata di balik suaranya yang menyebalkan itu dia sangat perhatian padaku . di dalam hati aku berdoa ya Tuhan jika aku aku bisa turun dengan selamat dari gunung ini aku ingin sekali mendengar suara menyebalkan itu.
Jum’at sore aku sampai dengan selamat dirumah aku mencari-cari suara menyebalkan itu dan kulihat dia sedang berbaring cantik sambil memeluk fotoku. Suara menyebalkan itu adalah Ibuku. Aku memeluknya dan berjanji akan berubah dan dia tersenyum indah. Ya Tuhan terima kasih. Terima kasih juga ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar