Nama
: Dendi Setiawan
NPM
: 19212152 (Transfer)
Kelas
: 4EA17
Belajar
dari awan
Hari
itu satu pekan panjang yang penuh dengan kesibukan mengajar keliling negri
telah kulewati sekali lagi. Seperti biasa aku ingin menikmati situasi santai
dalam penerbangan pulang, membaca, bahkan memejamkan mata untuk beberapa menit
bilamana sempat.
Pada hari yang khusus ini, ketika aku masuk
kedalam pesawat, ternyata seorang anak kecil, sekitar delapan tahun, duduk pada
kursi dekat jendela disebelahku. Aku sangat menyukai anak-anak. Namun, aku aku
sedang merasa lelah. Naluri pertamaku adalah, “apa boleh buat, aku tak tahu
nasibku kali ini. Dengan berusaha bersikap ramah, aku menyapanya dan
mengajaknya berkenalan, dan ia menyebutkan namanya “AL” kami langsung mengobrol
dan hanya dalam beberapa menit, ia menaruh kepercayaannya kepadaku, dengan
berkata, “ini pertama kali saya naik pesawat, saya agak takut”
“Naik pesawat itu kecil”, kataku,
berusaha menumbuhkan keyakinannya. Mungkin dapat dianggap salah satu yang paling
mudah diantara yang pernah kulakukan. Aku diam sejenak, untuk berfikir dan
mulai bertanya kepadanya, “pernahkan kau naik roller coaster?” anak itu
menjawab “ saya senang naik roller causter”, dan aku bertanya kembali pernahkan
kau duduk paling depan?” lalu anak itu menjawab” ya, saya selalu berusaha
mendapatkan tempat duduk yang paling depan dan aku tidak merasa takut”
“Sesungguhnya, penerbangan ini tidak
seberapa disbanding naik roller couster, aku tidaj berani naik roller couster
tetapi aku tidak takut sama sekali bila naik pesawat terbang” kataku kepada anak kecil itu. Lalu seulas senyum
mulai tampak pada wajahnya, dan aku mulai berfikir bahwa anak itu memang
pemberani. Pesawat mulai ditarik menuju keujung landasan dan ketika pesawat itu
meluncur naik, ia memandangi keluar jendela dan mulai bercerita dengan sangat
bersemangat tentang segala yang dialaminya. Ia mengomentari bentuk-bentuk awan
yang dilihatnya dan gambar-gambar yang seolah-olah telah dilukis diangkasa.
“Awan yang ini seperti kupu-kupu dan yang itu kelihatan seperti seekor kuda”
Tiba-tiba aku juga melihat melalui
mata seorang anak usia delapan tahun. Rasanya seolah-olah aku juga baru pertama
kali itu terbang. Lalu anak itu bercerita bahwa ia dan adiknya pernah menjadi
bintang iklan ditelevisi dan penglaman itu sangat mengesankan. Kemudian ia
ingin pergi kekamr kecil, aku berdiri agar ia dapat keluar ke gang. Saat itulah
aku melihat alat penguat pada kedua kakinya. Ketika ia duduk kembali, ia
menerangkan “Saya menderita distrofi otot, adik perempuan saya juga ia bahkan
harus menggunakan kursi roda. Itu sebabnya kami menjadi bintang iklan, kami
dijadikan contoh untuk anak-anak yang menderita distrofi otot”. Waktu pesawat
mulai turun, ia memandang kepadaku, tersenyum dan berbicara dengan nada agak
malu-malu. “Tahukah anda, saya betul-betul khawatir, saya takut yang duduk
disebelah saya adalah orang yang ketus, yang tidak mau bicara dengan saya. Saya
senang senang duduk disebalah anda”
Ketika
mengenang seluruh pengalaman itu pada malam harinya. Aku diingatkan tentang
untungnya bersikap terbuka. Setelah sepekan penuh menjadi pengajar, begiru
selesai aku justru menjadi siswa. Sekarang setiap aku merasa suntuk, aku akan
memandang keluar jendela dan mencoba menebak bentuk-bentuk awan yang terlukis
diangkasa. Dan aku teringat kepada anak kecil yang benama “AL’, anak istimewa
yang mengajariku pelajaran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar